Kinerja Operasi Semakin Kokoh, ABM Investama Kembali Bagikan Dividen
Selama tahun 2018 ABM Investama berhasil meraih laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
JAKARTA, 2 Mei 2019 – PT ABM Investama Tbk (IDX: ABMM), perusahan energi batubara terintegrasi nasional, mengumumkan untuk membagikan dividen sebesar Rp 100 miliar atau setara dengan Rp 36,32 per lembar saham kepada para pemegang saham. Keputusan ini diambil pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ABM yang dilakukan di Hotel Veranda, Jakarta, Kamis (2/5).
Direktur Utama ABM Andi Djajanegara mengatakan, pembagian dividen ini merupakan yang ketiga kali dilakukan perusahaan sejak ABM resmi menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2011. Terakhir kali ABM memberikan dividen di tahun 2014 untuk tahun buku 2013.
“Pembagian dividen ini menjadi salah satu komitmen kami terhadap para pemegang saham yang terus mendukung strategi yang dilakukan perusahaan. Kami juga bersyukur bahwa tahun 2018 ABM berhasil meraih laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan ini berdiri," kata Andi di Jakarta, Kamis (2/5).
RUPST ABM 2018 juga mengumumkan perubahan susunan direksi dan dewan komisaris menjadi sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Rachmat Mulyana Hamami
Komisaris : Mivida Hamami
Komisaris Independen : Arief Tarunakarya Surowidjojo
Dewan Direksi
Direktur Utama : Achmad Ananda Djajanegara
Direktur Keuangan : Adrian Erlangga
Andi menjelaskan, keputusan manajemen untuk menjalankan strategi memperkuat bisnis inti melalui Mining Value Chain serta meningkatkan sinergi di antara seluruh entitas Grup ABM menjadi kunci dalam penguatan bisnis perusahaan. Pada 2018, pendapatan bersih ABM mencapai US$ 773,07 juta, tumbuh 11,92% dari 2017 sebesar US$ 690,73 juta. Sementara laba bersih perusahaan mencapai US$ 65,49 juta.
"Dengan strategi yang tepat dan operasional yang excellence di seluruh lini bisnis, ABM berhasil meningkatkan produksi batubara sekaligus meningkatkan efisiensi. Ke depan, penguatan bisnis ini akan terus dilakukan dengan mengoptimalkan peluang yang masih terbuka di industri batubara nasional," ujarnya.
Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga menjelaskan, pada 2018 harga rata-rata batubara mengalami volatilitas dan cenderung menurun pada kuartal IV tahun lalu. Namun, penguatan sinergi, terutama optimalisasi operasional di antara seluruh entitas bisnis Grup ABM membuat kinerja perusahaan tetap terjaga secara positif.
Menurut Adrian, sebagai perusahaan tambang batubara terintegrasi, ABM memiliki layanan dari hulu sampai hilir yang semakin efisien. Ini adalah modal bagi ABM untuk terus memperkuat bisnisnya, baik melalui peningkatan produksi di tambang sendiri maupun melakukan aliansi strategis dengan pemilik tambang lain dengan ABM sebagai pengelola tambang batubaranya.
"Kami akan menawarkan jasa pengelolaan tambang melalui kerja sama strategis dengan pemilik tambang. Proses awal produksi hingga pemasaran batubara akan dilakukan oleh Grup ABM,” jelas Adrian.
Tahun ini ABM menargetkan dapat memproduksi batubara sebanyak sekitar 12 juta ton. Produksi tersebut berasal dari tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Kalimantan Selatan dan dari tambang PT Mifa Bersaudara (Mifa) dan PT Bara Energi Lestari (BEL) di Aceh. Sejalan dengan menipisnya cadangan batubara di TIA, ABM akan lebih fokus mengembangkan tambang Mifa serta menerapkan proses Mining Value Chain pada tambang lainnya.
"Spesifikasi dan kualitas batubara yang dimiliki Mifa dan TIA masih dibutuhkan oleh sejumlah negara Asia seperti Cina, India, Vietnam dan Thailand. Kami bersyukur konsumen kami di luar negeri permintaannya masih sangat tinggi," kata Adrian.
Kemudian, Andi berkeyakinan bahwa di tahun 2019 industri batubara akan lebih stabil. Perekonomian global yang tetap positif dan kebutuhan batubara di dalam negeri yang juga terus meningkat akan menjadi katalisator bisnis batubara.
Sebagai perusahaan terbuka, Andi menegaskan, bahwa strategi Mining Value Chain telah sesuai dengan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG). Penerapan prinsip GCG ini terutama didasarkan pada lima (5) prinsip dasar yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.
“ABM akan terus memperkuat sinergi, terutama mendorong bisnis inti kami yaitu CK dan Reswara untuk mampu bersaing dan mengoptimalkan peluang yang sangat terbuka di industri ini,” tutup Andi.